Ada kalanya kerinduan bukan kepada seseorang melainkan pada suatu tempat yang memiliki nilai kebermaknaan dalam sejarah hidup kalian. Berawal dari ketidaksengajaan untuk mengenal siapa kalian? Dari mana asal tempat tinggalnya? Sampai bagaimana lika-liku kepribadian diri kalian sehari-hari tentu awalnya bukan menjadi prioritas awal kalian untuk mondok. Bukan berlagak sok tau, apalagi menggurui. Tapi, kenyataan yang ada dibenak diri kalian masing-masing terlihat ketika ditanya “apa tujuan belajar di pesantren?” pasti pertama kali akan menjawab “untuk menuntut ilmu”. Cerita ini bermula saat kalian dipertemukan di pesantren al-Munawwariyyah. Entah kapan hari, tanggal dan tahunnya. Namun, tempat yang satu ini memiliki kesan berbeda dibenak kalian saat disebut nama ‘al-Munawwariyyah’ akan muncul perasaan bangga dan serasa tempat tersebut hadir dalam ingatan kalian. Cerita-cerita lama yang mulai pudar karena terkikis oleh perjalanan waktu seketika hadir mengingatkan ...
Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan. "Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan. Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwa...