Banyak orang mengidola-idolakan ingin berjumpa
dengan teman lamanya semasa sekolah. Hanya sekedar berkumpul menostalgiakan
cerita lama, cerita yang bagi mereka sangat berkesan di kehidupannya.
Cerita-cerita itu mereka buat secara tanpa sadar, menjalani waktu sekolah
mengalir begitu saja. Tanpa dibuat-buat kisah yang sebenarnya sudah terskenario
oleh Tuhan, kala ini baru disadari masanya telah lewat.
Semua menghilang
ditelan waktu dan seakan yang tersisa hanyalah harapan masa depan untuk bisa
merajuk serta membangun kembali suasana kekeluargaan yang dulu pernah dibangun
di pesantren.
Harapannya, semoga rasa persahabatan yang dulu
pernah mereka ikrarkan bersama-sama dihadapan bangku-bangku sekolahan agar
dapat terjalin di manapun mereka tinggal. Waktu bukanlah jadi alasan, apalagi
teman baru. Sah-sah saja berteman dengan siapa pun orangnya, tapi ingatlah
tanpa teman lamamu niscaya mereka (teman barumu) bukanlah apa-apa. Tidak
selamanya yang baru itu lebih baik dari yang lama.
Maka istilah yang tidak asing bagi telinga
mereka adalah ‘reuni’. Ya, satu kata namun berat untuk pencapaiannya. Satu kata
yang sakral untuk terwujudkan menjadi kenyataan. Satu kata yang mampu
menyatukan manusia dari belahan bumi Barat dan Timur, Selatan dan Utara.
Reuni hanyalah sebuah mitos, bisa jadi ada dan
bisa jadi tidak ada. Bagaimana mungkin bisa menyatukan satu waktu dan satu
tempat sementara mereka memiliki berbagai macam kegiatan dan kesibukan yang
berbeda-beda. Adakalanya yang satu senggang sedangkan yang lain padat
jadwalnya, atau kebalikan. Yang satu padat jawdal sementara yang lain kosong.
Berbahagialah
kalian yang sekarang memiliki teman-teman baru, namun juga jangan terlalu
bangga dengan mereka. Kelak sama saja, mereka juga akan sulit untuk bisa
berkumpul kembali. Menyatukan kembali dilain waktu ibarat Son Goku mencari dan
mengumpulkan ketujuh Bola Naga (dalam film Dragon Ball) atau seperti Conan
mencari dan mengumpulkan bukti-bukti kasus pembunuhan (dalam filem Detective
Conan).
Selain
itu, reuni adalah sebuah misteri yang entah dapat terjadi atau tidak. Percuma
saja mereka menginginkan pertemuan namun masih saja mengunggulkan egonya
masing-masing. ‘Reuni’ mustahil terwujud jika salah satu dari mereka tidak ada
yang mengalah. Meluangkan sedikit waktu sibuknya untuk berkumpul dengan
teman-teman lamanya. Percaya dan yakinilah satu hal ketika mereka memudahkan
urusan temanya niscaya tuhan juga akan memudahkan segala urusan yang mereka
kerjakan.
Betapun mereka
mengharapkan terwujudnya reuni agar bisa terlaksana, namun sekali lagi sebuah misteri
tetap saja belum terpecahkan selama mereka belum berkumpul untuk membuktikan dan
mengalami secara langsung perjumpaan bersama kawan lama.
Kenyataan memang tidak semudah yang mereka
bayangkan. Dulu, nongkrong di jam istirahat sekolah adalah hal yang remeh,
terkadang mereka merasa muak pada situasi seperti itu. Situasi di mana mereka
harus dituntut untuk berada pada satu lingkungan; tidak boleh keluar dari batas-batas
yang telah ditentukan. Bahkan dinding-dinding tinggi mengelilingi mereka. Lalu,
mereka hanya bisa berontak pada diri mereka, Kenapa kebebasan kami terbatasi?.
Hari ini, cerita lalu itu terbungkus rapi dalam
sebuah kemasan berlabel “Misteri”. Yang entah, saat dikupas labelnya apakah
masih tersisa dan tertata rapi kenangan-kenangan tersebut?. Semoga saja.
Komentar
Posting Komentar