Langsung ke konten utama

Cerpen; Belajar Jalan untuk Terbang

Dalam senyap, sepi, tenang serta gelap malam menghiasi langit-langit jagad raya. Jangkrik-jangkrik. Kunang-kunang. Kelelawar. Menampakan dirinya. Dari kerumuhan siang selama 12 jam sehari, silih berganti 12 jam malam berikutnya.
Sekeliling rumah dihiasi tanaman-tanaman, pemilik rumah yang berjiwa asri. Tak menanggalkan kesan keindahan interior bangunan rumahnya. Bentuk arsitektur rumah yang terkesan jadul dengan ubin penuh debu. Menandakan pemilik rumah kesal untuk menyapunya. Bagaimana tidak?. Sehari bisa sampai lima kali menyapu.
Bukan salah penghuni rumah tapi memang angin kencang memaksa butir-butir debu untuk singgah di pelataran depan rumah.
Rumah tua itu, dihuni oleh sepasang suami-istri beserta satu anak laki-laki. Seperti kebiasaan anak kecil pada umumnya sebelum tidur selalu minta ditemani ayah atau ibunya. Membacakan satu cerita agar ia bisa cepat terlelap. Kadang-kadang belum sampai selesai cerita dibacakan, sang anak sudah tertidur.
“Yah, malam ini aku ingin tanya?”, pertanyaan sang anak memecah keheningan suasana kamar saat itu. Pada saat yang bersamaan, Ibu masuk sambil membawa tentengan baju hasil mencucinya siang tadi.
“Iya Nak,, tanya apa?”, jawab ayahnya. Posisi sambil mengelus-ngelus kepala sang anak, sambil berbaring disamping tempat tidurnya.
“Ayah, aku ingin menangkap bintang-bintang di langit itu untuk kujadikan temanku malam ini, aku kesepian yah?” sambil menunjuk ke arah luar jendela, tepatnya pada bintang-bintang di langit.
“???!!!!!!???”’ sang ayahnya diam seribu bahasa. Mau jawab apa?. Bagaimana mungkin ia bisa mengambilkan benda yang jauh dari jangkauan tangannya tersebut. Belum sempat menjawab pertanyaan anaknya, pertanyaan selanjutnya.....
“Yah,, bisakah aku mengambil rembulan itu yah?. Aku tau yah, meski sinar rembulan redup tapi aku yakin bisa memberiku kehangatan di tengah-tengah hawa dingin malam ini?!!.
“@#$$%%$@???!!!??//”. Otak ayahnya semakin bingung. Dengan pertanyaan anaknya tersebut. Lagi-lagi sang anak bertanya, padahal pertanyaan sebelumnya tadi belum mendapat jawaban.
“Ayah, bisakah aku terbang ke langit? Menikmati gemerlap malam dari atas sana?”. Pertanyaan terakhir ini membuat sang ayag semakin terpojokkan. Diam tanpa kata. Di sisi lain, ketika sang ibu tau bahwa suaminya tadi merasa kebingungan dengan pertanyaan-pertanyaan anaknya. Sang ibu menghampiri mereka yang berada di kasur, lalu seketika membelai kepala anaknya sambil berucap,
“Naakkk...bisa nak, kamu bukan hanya bisa mengambil bintang-bintang, kemudian mengambil rembulan dan kemudian terbang ke langit menikmati keindahan malam dari atas sana!”, jawab sang Ibu yang membuat anaknya penasaran.
“ bagaimana caranya bu?’’
“Kamu bisa melakukan itu semua, bahkan lebih dari itu dengan cara BELAJARlah niscaya itu semua akan terwujud. Dengan belajar engkau akan memiliki banyak TEMAN sehingga nantinya kamu tidak akan kesepian dan kamu tidak akan membutuhkan bintang-bintang di langit lagi untuk menjadikan temanmu”.
“BELAJARlah nak, niscaya engkau akan memperoleh ILMU yang mana nantinya ilmu tersebut akan menyelimutimu dari ‘kebodohan’ sehingga nantinya kamu tidak akan membutuhkan rembulan lagi untuk menyelimuti tubuhmu.”
“BELAJARlah nak, niscaya dengan belajar DERAJATmu akan terangkat sehingga nantinya Tuhan akan menempatkanmu di tempat yang paling tinggi diantara langit-langit yaitu SURGA”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

True Love Never End; Cinta Sejati Tak Pernah Berakhir

Ada yang berkata; Cinta adalah perpanjangan kasih sayang Tuhan untuk semua umatnya. Namun, justru disaat dua orang saling mencintai kotak-kotak pembeda menjadi hal yang menbuat kita tersesat. Seperti kata Bernard BatuBara dalam novel surat untuk Rud mewakili suara hati beduh. "Satu hal yang ingin kutanyakan padamu sejak lama, bagaimana mungkin kita saling jatuh cinta namun ditakdirkan untuk tidak bersama. Aku dan kamu tidak bisa memaksa agar kebahagiaan berlangsung selama yang kita inginkan. Jika waktu telah usai dan perpisahan ini harus terjadi. Apa yang bisa kita lakukan? Masihkah ada waktu kita bersama?". Selagi ada cinta tidak perlu lagi ada pertanyaan! Jadi, lanjutkan!. Toh perjalanan cinta sejati tidak akan pernah berjalan mulus. Bukankah sejarah dunia menunjukkan bahwa tidak ada romantika kehidupan jika tidak ada resiko. Jadi, jika bisikan hatimu mengatakan bahwa di balik bukit sana ada seseorang yang menantimu dengan setia, menghargai apa arti cinta, maka te...

Samudra di atas Awan Memang Nyata!

Samudra di atas awan! Tak asing dikalangan telinga para pecinta alam khususnya mereka yang suka atau hobi dalam berpetualang mendaki gunung. Salah satu tempat yang di dengung-dengungkan dari mulut ke mulut adalah Gunung Semeru dengan puncaknya “Mahameru” yang berada pada ketinggian 3676mdpl( meter di bawah permukaan laut). Gunung Semeru ini terkenal sebagai gunung paling tinggi se-tanah Jawa, tak jarang banyak para pendaki yang merasa tertantang adrenalin nya untuk menaiki puncak Mahameru. Tidak sembarangan orang yang bisa sampai pada puncak tertinggi se-tanah Jawa tersebut, oleh karena itu dibutuhkan kekuatan fisik yang kuat serta kesabaran untuk mendakinya. Karena apa? Setiap langkah yang ditempuh tak menuntut kemungkinan menjadi taruhan nyawa seorang pendaki. Medan curam sekaligus licin menjadi ciri khas jalanan menuju puncak Mahameru, tak jarang juga banyak para pendaki yang terpereset saat menjajaki bebatuan yang licin. Sedikit berbagi pengalaman tentang pendakian ke Gun...

Kisah: Maduku,, Maafkanlah aku!

Saat itu ketika maduku dek Lirna melahirkan disusul kemudian aku juga melahirkan, wahhh Dinda maduku sangat sibuk sekali mondar-mandir kesana -kemari,memenuhi setiap kebutuhan kami,juga membersihkan apa-apa yang kotor dirumah kami,betapa capeknya aku membayangkan,belum lagi dia juga harus mengajar. saat badan nya capek,keseimbangan badan pun juga menurun,maduku dinda di bentak oleh suami,karena menjatuhkan gelas kenang-kenangan dari sahabatnya, kata-kata kurang baik juga keluar dari mulut suami. Dinda maduku langsung duduk bersimpuh dengan buliran-buliran air mata,kemudian maduku minta maaf lalu pergi mengajar ke majlis. Malam itu udara begitu dingin, dan dimalam itu juga terakhir kalinya aku menatap wajah maduku yang sendu. Maduku dinda datang kerumah sambil membawa seplastik bungkusan lemmet, enak sekali. Wajahnya seperti bercahaya ,lain dari hari-hari biasa,malam itu maduku dinda juga terlihat cantik,meski tanpa make up. Dengan kata-kata yang selalu terdengar santun dia ber...