Dalam senyap,
sepi, tenang serta gelap malam menghiasi langit-langit jagad raya. Jangkrik-jangkrik.
Kunang-kunang. Kelelawar. Menampakan dirinya. Dari kerumuhan siang selama 12
jam sehari, silih berganti 12 jam malam berikutnya.
Sekeliling rumah
dihiasi tanaman-tanaman, pemilik rumah yang berjiwa asri. Tak menanggalkan
kesan keindahan interior bangunan rumahnya. Bentuk arsitektur rumah yang
terkesan jadul dengan ubin penuh debu. Menandakan pemilik rumah kesal untuk
menyapunya. Bagaimana tidak?. Sehari bisa sampai lima kali menyapu.
Bukan salah
penghuni rumah tapi memang angin kencang memaksa butir-butir debu untuk singgah
di pelataran depan rumah.
Rumah tua itu,
dihuni oleh sepasang suami-istri beserta satu anak laki-laki. Seperti kebiasaan
anak kecil pada umumnya sebelum tidur selalu minta ditemani ayah atau ibunya. Membacakan
satu cerita agar ia bisa cepat terlelap. Kadang-kadang belum sampai selesai cerita
dibacakan, sang anak sudah tertidur.
“Yah, malam ini
aku ingin tanya?”, pertanyaan sang anak memecah keheningan suasana kamar saat
itu. Pada saat yang bersamaan, Ibu masuk sambil membawa tentengan baju hasil mencucinya
siang tadi.
“Iya Nak,,
tanya apa?”, jawab ayahnya. Posisi sambil mengelus-ngelus kepala sang anak,
sambil berbaring disamping tempat tidurnya.
“Ayah, aku
ingin menangkap bintang-bintang di langit itu untuk kujadikan temanku malam
ini, aku kesepian yah?” sambil menunjuk ke arah luar jendela, tepatnya pada
bintang-bintang di langit.
“???!!!!!!???”’
sang ayahnya diam seribu bahasa. Mau jawab apa?. Bagaimana mungkin ia bisa
mengambilkan benda yang jauh dari jangkauan tangannya tersebut. Belum sempat
menjawab pertanyaan anaknya, pertanyaan selanjutnya.....
“Yah,, bisakah
aku mengambil rembulan itu yah?. Aku tau yah, meski sinar rembulan redup tapi
aku yakin bisa memberiku kehangatan di tengah-tengah hawa dingin malam ini?!!.
“@#$$%%$@???!!!??//”.
Otak ayahnya semakin bingung. Dengan pertanyaan anaknya tersebut. Lagi-lagi
sang anak bertanya, padahal pertanyaan sebelumnya tadi belum mendapat jawaban.
“Ayah, bisakah
aku terbang ke langit? Menikmati gemerlap malam dari atas sana?”. Pertanyaan terakhir
ini membuat sang ayag semakin terpojokkan. Diam tanpa kata. Di sisi lain,
ketika sang ibu tau bahwa suaminya tadi merasa kebingungan dengan
pertanyaan-pertanyaan anaknya. Sang ibu menghampiri mereka yang berada di kasur,
lalu seketika membelai kepala anaknya sambil berucap,
“Naakkk...bisa
nak, kamu bukan hanya bisa mengambil bintang-bintang, kemudian mengambil
rembulan dan kemudian terbang ke langit menikmati keindahan malam dari atas
sana!”, jawab sang Ibu yang membuat anaknya penasaran.
“ bagaimana
caranya bu?’’
“Kamu bisa
melakukan itu semua, bahkan lebih dari itu dengan cara BELAJARlah niscaya itu
semua akan terwujud. Dengan belajar engkau akan memiliki banyak TEMAN sehingga
nantinya kamu tidak akan kesepian dan kamu tidak akan membutuhkan
bintang-bintang di langit lagi untuk menjadikan temanmu”.
“BELAJARlah
nak, niscaya engkau akan memperoleh ILMU yang mana nantinya ilmu tersebut akan
menyelimutimu dari ‘kebodohan’ sehingga nantinya kamu tidak akan membutuhkan rembulan
lagi untuk menyelimuti tubuhmu.”
“BELAJARlah
nak, niscaya dengan belajar DERAJATmu akan terangkat sehingga nantinya Tuhan
akan menempatkanmu di tempat yang paling tinggi diantara langit-langit yaitu SURGA”
Komentar
Posting Komentar