Samudra
di atas awan! Tak asing dikalangan telinga para pecinta alam khususnya mereka
yang suka atau hobi dalam berpetualang mendaki gunung. Salah satu tempat yang
di dengung-dengungkan dari mulut ke mulut adalah Gunung Semeru dengan puncaknya
“Mahameru” yang berada pada ketinggian 3676mdpl( meter di bawah permukaan
laut). Gunung Semeru ini terkenal sebagai gunung paling tinggi se-tanah Jawa,
tak jarang banyak para pendaki yang merasa tertantang adrenalinnya untuk
menaiki puncak Mahameru.
Tidak
sembarangan orang yang bisa sampai pada puncak tertinggi se-tanah Jawa
tersebut, oleh karena itu dibutuhkan kekuatan fisik yang kuat serta kesabaran
untuk mendakinya. Karena apa? Setiap langkah yang ditempuh tak menuntut
kemungkinan menjadi taruhan nyawa seorang pendaki. Medan curam sekaligus licin
menjadi ciri khas jalanan menuju puncak Mahameru, tak jarang juga banyak para
pendaki yang terpereset saat menjajaki bebatuan yang licin.
Sedikit
berbagi pengalaman tentang pendakian ke Gunung Semeru, penulis pernah mengalami
berbagai macam peristiwa seru saat mendaki bersama rekan-rekannya. Meski tak
berujung pada pencapaian yang maksimal, artinya harus menyerah pada pos
terakhir Kali Mati di mana kami harus terkapar kaku di sana menghadapi
hawa dingin yang mencapai titik nol derajat Celcius bahkan diperkirakan sampai
minus lima derajat Celcius.
Pagi
itu kami ber-delapan orang sudah berkemas dengan berbagai macam
peralatan mendaki, diantaranya: Carier (tas ransel), matras, sleeping bag
(kantong tidur), dua buah tenda, head lamp, jas hujan, dan lain sebagainya.
Tidak ketinggalan bekal makanan untuk tiga hari ke depan telah dipersiapkan,
snack, roti, gula aren, coklat. Dan yang tak kalah pentingnya yaitu kotak
pengobatan P3K, untuk yang satu ini tidak boleh sampai ketinggalan karena di
perjalanan pendakian paling tidak pasti akan berguna.
Gambar
1.5; foto di rumah salah satu rekan.
Sinar matahari pagi terasa sejuk di
permukaan kulit tubuh, memberikan kesegaran tubuh. Terlihat di gambar 1.5
delapan kesatria muda telah siap menaklukkan dunia. Menjelajah alam Indonesia
yang terhampar luas, yang terpampang keindahanya di pelopak mata. Begitu
selesai berfoto ria, kami segera meluncur ke lokasi pendakian. Untuk jalur
pertama yang harus ditempuh ialah jalan menuju ke desa Ranu Pane. Melewati
jalanan aspal yang sudah rusak parah, kami kesulitan mengendarai motor. Sering
kali hampir hampir saja terjatuh akibat ban sepeda terpelintir oleh batuan yang
terdapat di tengah kerusakan aspal. Alhasil pengendara harus lebih berhati-hati
dan awas terhadap batu yang tiba-tiba terperosot dari atas jalan.
Tepat
pukul 10.00 WIB kami sampai pada desa ranu pane dan memarkir kendaraan untuk
beberapa hari di sana. Setelah itu perjalanan pun dimulai. Menyusuri sepanjang
jalanan menuju pos 1 badanku masih terlihat segar bugar tidak merasakan capek.
Namun ketika sampai pada pos pertama kemudian berlanjut untuk menuju ke pos
kedua, di tengah perjalan kami beristirahat. Sekujur tubuh mulai terasa
capeknya, terutama bagian pundak yang menopang beratnya carier/tas ransel besar
berisikan semua kelengkapan pendaki. Pergelangan kaki tepatnya betis terasa
semakin menggempal keras disebabkan karena keram, untuk mengatasi situasi
seperti ini telah kami siapkan sebelumnya yaitu peralatan P3K berupa BALSEM .
oleskan secukupnya pada bagian yang keram dan kemudian pijit-pijit.
Terlihat wajah-wajah kecapean berat, tapi masih sempat ber-eksen ria
sebelum melanjutkan perjalanan menuju pos dua. Sekiranya cukup beristirahat,
kami melanjutkan pendakian ke gunung semeru. Uniknya dari perjalan mendaki
ketika bertemu sesama pendaki maka akan tercipta suasana kekeluargaan yang
erat, meski tak pernah saling bertemu dan mengenal sebelumnya mereka tetap
bertegur sapa pada kawan senasibnya. “ayo semangat”, salah satu ucapan yang
keluar dari mereka ketika melihat kami kelelahan.
Jiwa
seorang pendaki biasanya ia telah terlatih untuk memberikan rasa kenyamanan
kepada lingkungan sekitarnya terutama pada teman seperjuangannya, ia tidak akan
serta merta tega mementingkan dirinya sendiri dalam menempuh perjalanan
survivalnya meski dirasa kekuatan fisiknya mampu melakukan sendiri. Paling
tidak ia akan membutuhkan rekan untuk ngobrol, membuang kejenuhan.
Banyak
pelajaran yang dapat diambil melalui perjalanan mendaki gunung, salah satunya
kita akan mengetahui karakter watak sesungguhnya dari seseorang tersebut.
Dengan diuji kesabaran, kekompakan, dan rasa saling membutuhkan antar teman
maka akan memunculkan perangai sebenarnya dari orang tersebut.
Setelah menempuh jarak sekitar 20 km
an, dan dengan waktu tempuh kurang lebih tiga sampai empat jam kami tiba pada
suatu tempat yang nuansa keindahannya tak pernah dijumpai di mana pun selain di
sini yaitu Ranu Kumbolo. Danau yang mata airnya bersih dan jernih terhindar dari
kotoran berupa sampah apa pun ini terkenal dikalangan pendaki gunung semeru
sebagai “surga”nya Gunung semeru.
![]() |
1.7 Ranu Kumbolo |
Lihat
Gambar 1.7 di mana pesona alam Indonesia yang menyimpan keindahan alamiah
terpampang nyata di kelopak mata. Air berselimut kabut serta hawa dingin yang
mengitari sekitar area danau, membuat kami memaksa mengeluarkan jaket di dalam
ransel. Padahal waktu itu masih menunjukkan pukul tiga sore, masih ada sinar
matahari. Tapi hawa dingin sudah sama seperti di perkotaan pada malam hari,
apalagi derup angin yang kencang membuat suasana semakin terasa dingin.
Mengenai
kekramatan air danau ranu kumbolo ini di kalangan mereka para pendaki sudah
banyak yang tau kalau tidak diperbolehkan mandi di danau, jangankan mandi jika
ingin mencuci muka dengan sabun muka maka mereka harus mengambil airnya
kemudian dibawa ketepian dahulu agar bekas sabun yang jatuh tidak bercampur
dengan air danau yang masih bersih. Terus juga pendaki tidak diperbolehkan
BAB(Buang Air Besar) disekitaran danau, tapi harus menjauh dari tempat
didirikannya tenda sekaligus jauh dari danau.
Medan
selanjutnya yang harus dilewati setelah melewati Ranu Kumbolo ialah Tanjakan
cinta, jalanan di tempat ini lumayan terjal juga. Sepintas kalau dilihat dengan
mata kepala memang mudah untuk menaiki bukit ini namun saat menjalannya sangat
menguras tenaga, padahal di Ranu Kumbolo sudah beristirahat lama sekali. Konon
cerita yang berbau mistik menceritakan bahwasanya bagi siapa saja orang yang
melewati tanjakan cinta tanpa menoleh ke belakang niscaya kisah cinta atau
kehidupan asmaranya akan senantiasa bahagia. Pasangan yang ia sukai akan jatuh
cinta klepek-klepek pada dirinya.
Bagiku
itu cuma sekedar mitos belaka, unsur kebenaranya masih jauh dari kemungkinan
bisa terjadi. Buktinya saat penulis menceritakan kisah ini pun masih dalam
keaadaan dirundu pilu akibat putus cinta, mau melakukan usaha atau datang ke
mbah dukun sekalipun kalau tidak ada perasaan saling menghargai antara cowok
dan ceweknya alhasil sia-sia jua hubungannya.
Eeiittss,,kok
malah curhat. Kembali ke tema awal bahwa setelah melewati tanjakan cinta jalur
pendakian akan melewati yang namanya Padang Lavender.
![]() |
1.7 Tanjakan Cinta |
![]() |
1.8 Padang Lazvender |
Gambar
1.8 nampak menunjukkan ada dua pemudang keren sedang berpose di atas jalanan
menuju Padang Lavender. Kalau dilihat dari kejauhan memang terlihat
pendek-pendek tumbuhan Lavendernya tapi ketika turun ke jalanannya ternyata
dugaan kami salah. Tumbuhan Lavender itu tingginya ada yang melebihi ukuran
tubuh orang dewasa.
Menyusuri
jalan yang di kanan kiri ditumbuhi tanaman Lavender, kurang lebih setengah
kilometer jarak tempuhnya. Terlihat saat itu hari mulai gelap, matahari
tenggelam sedikit demi sedikit, hawa dingin mulai menembus ketebalan jaket yang
kami kenakan. Berjalan terus sampai pukul sembilan malam tepat kami sampai di
pos terakhir Kalimati, sesegera mungkin kami mendirikan tenda untuk
beristirahat karena hawa dingin yang sangat dan sangat menyusup dipermukaan
kulit, sampai telapak tangan terasa mati rasa padahal sudah mengenakan kaos
tangan tapi masih tetap saja tembus.
Kurang lebih selama tiga sampai empat jam an kami beristirahat,
lalu kemudian bangun untuk menuju puncak Mahameru. Di sinilah perjalanan
sesungguhnya yang baru akan di mulai, puncak Mahameru!
![]() |
Dan ini lah pemandangan paling menakjubkan sepanjang hayat! Samudera di atas awan. |
Berkibarlah sang saka merah putihku, di mana pun tempatmu berada
akan aku akui ke-merahan dan ke-putihanmu. Meski di atas awan engkau tetaplah
sama bagiku indonesia, negeri yang kaya akan pesona alam. Negeri yang membuatku
bangga diusianya yang menginjak ke-70 tahun ini, engkau tetap berjaya.
Menghidupi kami para pecinta alam, dengan menyuguhka keaneka ragaman
pemandangan yang membuat mata terbelalak melihatnya.
Semua orang sering memimpikan dan menghayalkan dengan kata-kata
indah tentang perasaan terbang ke awan dan merasakan hembusannya. Tapi aku
sudah mewujudkan dengan nyata!bukan sekedar mimpi belaka.
Semeru, 8-8-14
Komentar
Posting Komentar